Profil Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras
nabilamanunggallaras.com - Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras merupakan wadah seni tradisional yang berfokus pada pelestarian dan pengembangan kesenian ebeg atau kuda lumping sebagai warisan budaya Jawa yang sarat makna dan nilai spiritual. Paguyuban ini didirikan pada tanggal 3 September 2025 oleh Bapak Wijang Kridianto dan Bapak Taryono, yang beralamat di Gr. Cengkudu, Desa Cirahab, RT 03 RW 04, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas.
Dengan semangat kebersamaan dan cinta terhadap budaya, Paguyuban Nabila Manunggal Laras hadir sebagai bentuk nyata kepedulian masyarakat terhadap kelestarian kesenian tradisional. Di tengah perkembangan zaman yang serba modern, paguyuban ini tetap teguh menjaga nilai-nilai luhur budaya Jawa melalui pertunjukan, latihan, dan kegiatan kebudayaan yang berkesinambungan. Seni ebeg yang ditampilkan bukan hanya sebagai hiburan rakyat, melainkan sebagai media spiritual dan sosial yang mempererat tali persaudaraan antarwarga.
Sejarah Berdirinya Paguyuban
Berdirinya Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras berawal dari kecintaan masyarakat Cirahab terhadap seni tradisional kuda lumping. Melalui peran aktif tokoh budaya dan masyarakat setempat, muncul tekad untuk membentuk sebuah wadah resmi yang menaungi para pelaku seni ebeg. Dari gagasan tersebut, lahirlah paguyuban yang kini dikenal dengan nama Nabila Manunggal Laras.
Nama “Nabila Manunggal Laras” mengandung makna mendalam. Kata Nabila berarti mulia, Manunggal berarti menyatu, dan Laras bermakna selaras. Secara filosofis, nama ini menggambarkan harapan agar setiap anggota paguyuban dapat bersatu dalam keharmonisan, selaras antara batin dan tindakan, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan budaya Jawa. Berdirinya paguyuban ini juga menjadi wujud penghormatan terhadap perjuangan para sesepuh desa yang telah mewariskan semangat gotong royong dan kecintaan terhadap kesenian tradisional.
Makna dan Filosofi Seni Ebeg Prajuritan
Seni ebeg atau kuda lumping memiliki makna mendalam dalam kehidupan masyarakat Jawa, khususnya di wilayah Banyumas. Tarian ini menggambarkan ketangguhan para prajurit dalam berjuang mempertahankan kehormatan, disertai dengan unsur spiritual yang melambangkan penyatuan antara manusia dan kekuatan alam. Gerakan para penari yang gagah dan dinamis menjadi simbol keberanian, sementara iringan musik gamelan menciptakan suasana magis yang penuh makna.
Bagi Paguyuban Nabila Manunggal Laras, setiap pertunjukan ebeg adalah bentuk doa, penghormatan, dan persembahan kepada Sang Pencipta. Dalam setiap pementasan, terdapat nilai-nilai spiritual, etika, dan tata krama Jawa yang selalu dijaga. Unsur kesurupan atau trance yang sering muncul dalam tarian ebeg tidak dimaknai sebagai hal mistis semata, melainkan sebagai simbol kesatuan jiwa, pengendalian diri, dan kepasrahan manusia terhadap kekuatan Tuhan. Inilah yang menjadikan ebeg sebagai seni sakral sekaligus refleksi kehidupan masyarakat Jawa.
Visi dan Misi Paguyuban Nabila Manunggal Laras
Misi
-
Melestarikan seni tradisional ebeg sebagai bagian dari identitas budaya masyarakat Jawa melalui pelatihan, pementasan, dan kegiatan kebudayaan.
-
Menanamkan nilai-nilai keprajuritan, seperti disiplin, tanggung jawab, dan kebersamaan kepada setiap anggota paguyuban.
-
Meneruskan perjuangan dan semangat almarhum Mbah Ayat sebagai inspirasi dalam menjaga eksistensi kesenian tradisional di tengah perkembangan zaman.
-
Meningkatkan peran generasi muda dalam mengenal, mencintai, dan ikut aktif melestarikan kesenian daerah.
-
Menjadikan seni kuda lumping sebagai sarana pemersatu masyarakat, mempererat silaturahmi, serta memperkuat rasa kebanggaan terhadap budaya lokal.
-
Menjaga nilai spiritual dan tata krama Jawa dalam setiap pementasan agar seni tetap berakar pada tradisi dan adab leluhur.
Struktur dan Kepemimpinan Paguyuban
Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras dipimpin oleh dua tokoh utama, yaitu Bapak Taryono dan Bapak Wijang Kridianto. Keduanya dikenal sebagai figur yang berpengalaman dalam bidang seni tradisional serta memiliki kepedulian tinggi terhadap pelestarian budaya Banyumasan. Dengan kepemimpinan yang visioner, mereka berhasil membangun sistem organisasi yang solid, melibatkan seniman lokal, serta membuka ruang bagi generasi muda untuk berpartisipasi aktif.
Selain pimpinan utama, paguyuban ini juga memiliki struktur yang terdiri dari pengurus inti, pelatih tari, penabuh gamelan, serta anggota muda. Setiap elemen memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan paguyuban. Latihan rutin dilakukan secara terjadwal di sanggar utama, yang berlokasi di Gr. Cengkudu, Desa Cirahab, Lumbir. Dengan dukungan masyarakat setempat, paguyuban ini mampu berkembang pesat dan menjadi kebanggaan daerah.
Aktivitas dan Kegiatan Budaya
Kegiatan utama paguyuban meliputi latihan rutin tari ebeg, pertunjukan dalam berbagai acara budaya, serta kegiatan sosial kemasyarakatan. Setiap anggota dilatih untuk menguasai teknik dasar gerakan prajuritan, sinkronisasi irama gamelan, serta pemahaman spiritual di balik setiap pementasan. Selain itu, paguyuban juga sering diundang dalam acara adat seperti sedekah bumi, festival budaya, hingga peringatan hari besar nasional.
Dalam konteks sosial, Nabila Manunggal Laras juga aktif mengadakan kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian, kerja bakti, dan pelatihan seni untuk anak-anak. Melalui kegiatan ini, paguyuban ingin menanamkan nilai-nilai kepedulian sosial, tanggung jawab, dan cinta terhadap tradisi sejak usia dini. Dengan demikian, seni tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana pendidikan moral dan karakter bagi generasi muda.
Peran Paguyuban dalam Pelestarian Budaya Jawa
Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras memegang peran strategis dalam menjaga eksistensi budaya tradisional Jawa, khususnya di wilayah Banyumas. Di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi, paguyuban ini menjadi benteng pertahanan budaya lokal. Melalui pendekatan edukatif dan partisipatif, mereka berusaha memperkenalkan seni ebeg ke sekolah-sekolah dan komunitas pemuda agar tercipta regenerasi seniman yang berkelanjutan.
Selain itu, paguyuban juga menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dan komunitas seni lainnya. Kolaborasi ini bertujuan memperluas jangkauan pementasan, memperkuat jaringan budaya, serta meningkatkan kualitas pertunjukan agar dapat diterima di tingkat nasional bahkan internasional. Dengan semangat “nguri-uri kabudayan Jawa,” Nabila Manunggal Laras terus membuktikan bahwa kesenian tradisional tetap relevan dan memiliki tempat di hati masyarakat modern.
Spirit Keprajuritan dan Nilai Spiritual
Ebeg prajuritan bukan hanya sekadar tarian, tetapi juga manifestasi semangat keprajuritan yang hidup dalam jiwa setiap anggota paguyuban. Nilai-nilai seperti keberanian, disiplin, ketulusan, dan gotong royong menjadi dasar pembentukan karakter seniman Nabila Manunggal Laras. Dalam setiap latihan dan pementasan, para anggota diajarkan untuk menjaga etika, menghormati sesama, dan menjunjung tinggi tata krama Jawa.
Nilai spiritual juga menjadi pondasi utama. Sebelum setiap pementasan, dilakukan doa bersama sebagai bentuk permohonan keselamatan dan kelancaran. Tradisi ini menunjukkan bahwa seni tidak bisa dipisahkan dari unsur religius dan kearifan lokal. Paguyuban percaya bahwa keseimbangan antara fisik, batin, dan spiritual adalah kunci agar seni tetap hidup dan bermakna.
Harapan dan Komitmen ke Depan
Paguyuban Nabila Manunggal Laras berkomitmen untuk terus berkembang menjadi pusat kegiatan seni yang produktif dan berdaya saing. Harapannya, kesenian ebeg dapat dikenal luas, tidak hanya di tingkat lokal Banyumas, tetapi juga menjadi representasi kebanggaan budaya Indonesia di kancah nasional dan dunia. Melalui semangat kebersamaan, pelestarian tradisi, dan inovasi kreatif, Nabila Manunggal Laras siap menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus mencintai budaya sendiri.
Dengan dukungan masyarakat, pemerintah, dan seluruh pecinta seni, Paguyuban Ebeg Prajuritan Nabila Manunggal Laras akan terus melangkah sebagai penjaga warisan budaya yang tangguh, berkarakter, dan penuh dedikasi terhadap tanah leluhur.
0 Komentar